SEBUAH RAHASIA KELAM

Tidak terduga Argo mengambil sebuah pistol yang ada di balik jasnya dan mendongkan tepat di kening pria itu.

”Coba kau ulangi lagi perkataanmu!”

Mata elangnya menatap tajam ke arah pria itu. Lekaki di hadapannya terlihat ketakutan.

”Katakan!” bentaknya menggema. Orang-orang di sekitarnya tidak berani bergerak untuk membatu pria pencari masalah itu.

Tubuhnya bergetar menahan ketakutan, keringat mengucur deras membasahi sekujur badan. Dia merasa hidupnya akan berakhir pagi itu. Tragis

SEBUAH RAHASIA KELAM

Karya: Sari Diyah Ayu dan Sawiningtyas

Jarum jam menujukan pukul 8:20 pagi, jalan ibu kota penuh dengan kendaraan yang berlalu lalang hingga ada sedikit kemacetan akibat adanya kecelakaan, tetapi mobil Jeep Wrangler Rubicon 392 melintas cepat. Seperti tengah terburu-buru, menerobos jalur dan terjebak di sana.

Supir yang berada di dalam mobil itu menghidupkan klakson beberapa kali, membuat salah satu pengendara motor marah.

”Apakah anda buta, sehingga tidak melihat kemacetan di depan,” ucap pria bersepeda motor itu.

Namun ucapan pria itu memancing amarah pemuda berkacamata di dalam mobil Jeep.

Pemuda itu hendak keluar dari dalam mobil tapi di tahan oleh salah satu sahabatnya yang berada di sampingnya.

”Argo, sudah biarkan saja, tenangkan dirimu. Lihatlah mobil itu, dia juga terjebak di sini.” Ucap sahabat nya seraya menunjuk mobil Van hitam, membuat senyum semirik terpancar di wajah Argo.

Namun ternyata pria bermotor itu masih melontarkan sumpah serapah pada supirnya.

”Gayamu sungguh berkelas, namun sayang otaknya tidak ada, cuih.”

Mendapat hinaan seperti itu, Argo langsung naik pitam. Amarahnya tidak dapat lagi ditahan, dengan wajah bengis dia keluar dari dalam mobil melangkah tegap hingga menendang motor pria itu.

”Bangun!”

Argo menarik kerah baju pria itu, terlihat urat-urat wajahnya mengencang.

Tidak terduga Argo mengambil sebuah pistol yang ada di balik jasnya dan mendongkan tepat di kening pria itu.

”Coba kau ulangi lagi perkataanmu!”

Mata elangnya menatap tajam ke arah pria itu. Lekaki di hadapannya terlihat ketakutan.

”Katakan!” bentaknya menggema. Orang-orang di sekitarnya tidak berani bergerak untuk membatu pria pencari masalah itu.

Tubuhnya bergetar menahan ketakutan, keringat mengucur deras membasahi sekujur badan. Dia merasa hidupnya akan berakhir pagi itu. Tragis.

“Ceklek!” Suara platuk pistol ditarik oleh Argo, bersamaan dengan itu terdengar suara pria tua menghentikan aksinya. Argo melirik pria tua itu dengan tersenyum sinis.

”Turunkan senjatamu itu tuan!”

Pria tua itu mencekal pergelangan tangan Argo, tetapi dengan cepat Argo memutar haluan arah senjatanya, menodongkan ke kepala pria tua.

”Hai, Tuan Takur, lebih baik anda tidak ikut campur dalam urusanku,” ucap Argo.

Melihat pistol di depan wajahnya tak membuat Tuan Takur gentar, justru terkekeh.

”Ternyata dunia begitu sempit hingga membuat kita bertemu lagi.”

Helaan napas Tuan Takur terdengar.

Argo hanya berdecak, mata elangnya tak berkedip menatap mata Tuan Takur. Menantang.

”Tentu saja, dan ini akan menjadi akhir dari sisa hidu ….”

”Ayah.”

Belum selesai Argo mengatakan bahwa dirinya akan menghabisi Tuan Takur, terdengar suara gadis berlari ke arah pria tua itu dengan wajah cemas.

Argo terpaku menatap gadis itu, saat melihat tangan Tuan Takur ditarik menjauh.

”Ayah, lebih baik kita pergi dari sini. Tidak perlu ikut campur urusan orang.” Tuan Takur bergeming, tetapi gadis itu terus menarik tangan ayahnya untuk menjauh.

“Ahh, maafkan ayahku, Tuan.” Gadis itu menundukkan badannya, berpamitan.

Argo terus memandangi kepergian gadis itu. Terpaku. Akhirnya kesadarannya kembali, ternyata lalu lintas sudah kembali normal. Argo segara kembali ke mobilnya.

”Siapa gadis itu?” Dimas bertanya setelah melihat kelakuan janggal Argo.

”Ntahlah, tadi aku mendengar dia memanggil Takur, dengan sebutan Ayah.”

Mobil Argo melaju meninggalkan tempat itu.

”What? Ternyata Takur kumis lele itu memiliki anak perempuan yang cantik,” puji Dimas.

Argo hanya diam seolah tidak mendengar perkataan Dimas. Dia masih terbayang-bayang dengan wajah gadis yang menarik Takur menjauh darinya.

Tiga hari berlalu begitu cepat, kini Argo sedang duduk di sebuah kafe bersama Dimas, mereka berdua tengah menyusun strategi dan merencanakan sesuatu.

”Kamu yakin, cara itu bisa melumpuhkan anak buah Takur?”

”Kenapa tidak? Aku sudah lama ingin menghabisi tua bangka itu!” Argo mengepalkan kedua tangannya, dengan pandangan mata tajam kedepan.

”Sebaik nya kamu pertimbangkan lagi, aku tidak mau kamu menyesal nantinya,” ujar Dimas.

”Apa maksudmu?” jawab Argo sinis.

”Sebaiknya kita cari tahu dulu siapa ayah kandungmu. Kamu lupa, Tuan Takur pernah bilang kenal dengan ayahmu.” Ucap Dimas.

Argo terdiam sejenak, dia memikirkan apa yang dikatakan oleh Dimas barusan.

”Aku yakin, Tuan Takur ada kaitannya dengan kasus ayahmu,” ucap Dimas lagi.

Ekspresi wajah Argo berubah rahangnya seketika mengeras.

”Hei, aku disini.” Terdengar suara gadis yang duduk tidak jauh dari mereka sedang melambaikan tangannya ke arah pintu, membuat Argo menoleh ke arahnya.

”Gadis itu.” Batinnya sambil memandang ke arah gadis yang sedang tersenyum manis memeluk sahabatnya, hingga tidak sengaja pandangan mereka bertemu. Membuat ekspresi wajah wanita itu terkejut dan mematung.

”Vanessa kamu kenapa?”

Gadis yang bernama Vanessa itu tersadar, dia segera menatap ke arah teman nya sambil menggeleng cepat.

”Aku tidak apa-apa.” Vanessa tersenyum paksa.

Dimas menjentikkan jari tepat di depan Argo.

”Hei, serius banget natapnya,” ledek Dimas.

Argo membuang pandangannya ke arah lain, sambil menyeruput minumannya.

Tiba-tiba saja dia tersenyum smirk seakan memikirkan sesuatu di benaknya. Dimas menatap curiga, karena tingkah Argo sangat aneh.

”Aku memiliki sebuah rencana lain,”ucap Argo. Dia mengarahkan pandangannua ke arah Vanessa.

Dimas mengikuti pandangan Argo seketika dia sadar maksud tujuan sahabatnya.

”Jangan gila, memainkan prasaan orang itu jauh lebih kejam.” Dimas tidak habis pikir dengan isi otak sahabatnya itu.

”Padahal aku belum menjelaskan rencana baruku, kenapa kamu bisa mengetahuinya?” Argo berdecak.

”Dari tatapan mu, aku sudah tau isi otakmu yang di luar nurul.” Dimas menjawab dengan kesal, dia tau Argo tipikal orang berpikir licik, karena itu dia bisa menebak isi kepala sahabatnya itu.

Di kediaman Takur. Dia melihat anak gadisnya baru saja tiba dengan raut wajah lesu.

Takur memanggil anaknya agar duduk di sampingnya.

”Vanessa, sini! Duduk dekat Ayah!” Takur memberi isyarat ke Vanessa.

Gadis itu menuruti perintah ayahnya, dia duduk di samping Takur.

”Ada apa, Ayah perhatikan dari masuk rumah wajah mu terlihat murung?” Takur mencoba menanyakan masalah anak gadisnya.

”Tidak apa-apa Ayah, Vanessa baik-baik saja. Hanya sedikit lelah.” Venessa tersenyum paksa, dia mencoba untuk menyembunyikan kejadian di kafe, saat dirinya berjalan ke toilet, ternyata Argo mengikutinya, ketika dia keluar, terlihat Argo berdiri didepan pintu sambil melipat kedua tangannya.

”Hei Nona,” sapa Argo.

Vanessa terkejut dengan kehadiran Pria itu, Vanessa segera melangkahkan kaki meninggalkan Argo, saat dia melewati Argo, tangan nya dicekal oleh Pria itu.

”Lepasin!” teriak Vanessa ketakutan.

”Eh, suthh… tenang, aku tidak akan berbuat macam-macam, aku hanya ingin tau siapa namamu,” ucap Argo, tangannya masih mencekal pergelangan Vanessa.

”Tidak perlu tau! Tolong, lepaskan tanganku!” ketus Vanessa.

”Begitu kah?” Perlahan-lahan Argo memajukan langkah nya, membuat Vanessa tidak bisa menahan ketakutannya, dia perlahan mundur hingga tubuhnya terpentok tembok, dihimpit oleh Argo.

”Kamu cukup manis dan cantik.” Bisik Argo tepat di samping telinga Vanessa, lalu Argo pergi meninggalkan Vanessa sendirian di lorong.

Malam semakin larut, tapi mata Vanessa seakan enggan terpejam.

Seklibat bayangan Argo, terus melintas di benak nya.

Vanessa berusaha untuk memejamkan mata, namun sangat sulit baginya, belum pernah dia mengalami hal seperti ini, bahakan dia sangat merasa gelisah

Sebenarnya, saat berbincang dengan Ayah nya tadi, dia ingin bertanya tentang Pria yang pernah berdebat dengan Ayah nya beberapa hari yang lalu.

Namun ia urungkan niat nya, dia takut nanti Ayah nya salah paham kepada nya.

Vanessa, memiliki trauma di masa kelam, dirinya pernah memiliki kekasih, namun kekasihnya juga lah pernah berbuat jahat dan hampir merampas kesuciannya, semenjak kejadian itu dirinya mulai menghindari dan menutup hati pada lawan jenis, dia tidak mau kejadian masa lampau terulang lagi.

Namun kegelisahan hati nya, menjadi tringat dengan awal dirinya mengalami khsmaran.

“Ah, kenapa kacau sekali? Come on Vanessa, dia mungkin saja hanya laki-laki iseng seperti yang lainnya. Sadarlah!”

Vanessa terus merutuki dirinya. Menyalahkan isi kepalanya, kenapa bisa sebegitu terganggu dengan hadirnya bayangan Pria yang tak dikenalnya.

Hari ini Vanessa bangun kesiangan. Dia berjalan terburu-buru hingga beberapa kali menuruni anak tangga dengan lompatan, karena tergesa.

“Vanessa, kamu tidak sarapan?” Takur memanggil anaknya, yang terlihat setengah berlari menuju pintu.

“Maaf, Ayah. Vanessa sudah terlambat, hari ini ada jadwal meeting pagi.”

Vanessa menjawab ayahnya dengan panik, setelahnya terdengar suara mesin mobil melesat keluar menuju jalan raya.

“Astaga, Vanessa bisa-bisanya kamu kesiangan, karena memikirkannya semalaman.”

Vanessa kembali merutuki dirinya sendiri. Akibat tidak bisa tidur semalaman, dia terpejam setelah menjelang pagi.

Saat terburu-buru, lalu lintas justru seolah tidak berpihak kepadanya.

“Braaakkk!”

Suara benturan mobilnya dengan mobil Jeep Wrangler berwarna hitam di depannya, tak  terelak lagi. Vanessa beberapa kali memukul setir mobilnya karena kesal.

Dia membenturkan kepalanya pada setir mobil beberapa kali, sebelum akhirnya terpaksa turun.

Betapa kagetnya Vanessa saat melihat mobil siapa yang dia tabrak.

“Kk–kamu ….”

Lidah Vanessa kelu, dia tak mampu berkata-kata.

Seorang pemuda dengan senyum smirk menghampirinya.

“Ouh, kau rupanya Nona?”

Pria yang semalaman menyebabkan dia tidak bisa tidur, kini ada dihadapannya. Nampak wajah kesal dari lelaki itu, Vanessa mencoba tersenyum.

“Maaf Tuan, Saya terburu-buru, dan Saya akan bertanggung jawab atas keteledoran Saya. Ini kartu nama Saya, silahkan hubungi Nomer ini ketika mobil Anda selesai di perbaiki.”

Setelah menyodorkan kartu nama, Vanessa segera berbalik pergi meninggalkan Arga begitu saja, dia langsung menancap gas.

Mobilnya hanya mengalami kerusakan pada bamper depannya. Dia harus segera tiba di kantor sebelum klien datang, Meeting kali ini sangat penting untuk kelangsungan perusahaannya.

Argo masih berdiri, memainkan kartu nama yang dia terima.

Vanessa Takur, sederet nama yang tertulis di kertas hitam dengan tinta emas itu membuatnya tersenyum. Akhirnya dia tahu nama sekaligus tempat kerja wanita yang membuat nya penasaran.

Vanessa tiba dikantor dia bergegas menuju ke ruang miting, namun dirinya berhenti dimeja seketaris nya.

”Vio, jangan lupa berkas nya, sebentar lagi meeting kita di mulai.”ujarnya, stelah mengingatkan Vio, dia langsung pergi masuk ke room meeting, merapikan penampilan nya lalu menyiapkan keperluan nya.

Hingga beberapa orang yang penting di kantor itu masuk kedalam ruangan.

”Salamat pagi Bu vanessa.”sapa mereka, mulai duduk di kursinya masing-masing.

”Pagi semua nya, apakah kalian Sudah siap dan Vio kapan Pak Arga tiba.”tatap Vanessa ke arah seketaris nya.

”Mungkin setengah jam lagi Bu.”ujar Vio.

Vanessa mengaguk mengerti, lalu duduk di bangku khusus untuk nya.

Dia menghidupkan laptop nya, sambil menatap jam tangan.

Tok..tok..!!

Dimas mengetuk pintu room, lalu mempersilahkan Arga masuk terlebih dulu.

”Ehe’em, selamat pagi semuanya, maaf saya terlambat karena tadi ada sedikit kendala di jalan.”ucap Arga sebelum dia mendudukan tubuhnya, Vanessa cukup syok, namun sebisa mungkin dia tersenyum paksa, bahkan Arga mengulur tangan nya.

Pergi meninggalkan Vanessa sendirian di lorong.

Malam semakin larut, tapi mata Vanessa seakan enggan terpejam.

Sekelebat bayangan Argo melintas di benaknya.

Vanessa berusaha untuk memejamkan mata, namun sangat sulit baginya, belum pernah dia mengalami hal seperti ini, bahkan dia sangat merasa gelisah

Sebenarnya, saat berbincang dengan ayahnya tadi, dia ingin bertanya tentang pria yang pernah berdebat dengan ayahnya beberapa hari yang lalu.

Namun ia urungkan niatnya, dia takut nanti Ayah nya salah paham kepadanya.

Vanessa, memiliki trauma di masa kelam, dirinya pernah memiliki kekasih, namun pria yang dicintainya itu juga pernah berbuat jahat dan hampir merampas kesuciannya, semenjak kejadian itu dirinya mulai menghindari dan menutup hati pada lawan jenis, dia tidak mau kejadian masa lampau terulang lagi.

Namun kegelisahan hatinya kali ini menjadikan dia teringat pada awal dirinya mengalami kasmaran.

“Ah, kenapa kacau sekali? Come on Vanessa, dia mungkin saja hanya laki-laki iseng seperti yang lainnya. Sadarlah!”

Vanessa terus merutuki dirinya. Menyalahkan isi kepalanya, kenapa bisa sebegitu terganggu dengan hadirnya bayangan Pria yang tak dikenalnya.

Hari ini Vanessa bangun kesiangan. Dia berjalan terburu-buru hingga beberapa kali menuruni anak tangga dengan lompatan, karena tergesa.

“Vanessa, kamu tidak sarapan?” Takur memanggil anaknya yang terlihat setengah berlari menuju pintu.

“Maaf, Ayah. Vanessa sudah terlambat, hari ini ada jadwal meeting pagi.”

Vanessa menjawab ayahnya dengan panik, setelahnya terdengar suara mesin mobil melesat keluar menuju jalan raya.

“Astaga, Vanessa bisa-bisanya kamu kesiangan, karena memikirkannya semalaman,” gumamnya.

Vanessa kembali merutuki dirinya sendiri. Akibat tidak bisa tidur semalaman, dia baru bisa terpejam setelah menjelang pagi.

Saat terburu-buru, lalu lintas justru seolah tidak berpihak kepadanya.

“Braaakkk!”

Suara benturan mobilnya dengan mobil Jeep Wrangler berwarna hitam di depannya, tak  terelak lagi. Vanessa beberapa kali memukul setir mobilnya karena kesal.

Dia membenturkan kepalanya pada setir mobil beberapa kali, sebelum akhirnya terpaksa turun.

Betapa kagetnya Vanessa saat melihat mobil siapa yang dia tabrak.

“Kk–kamu ….”

Lidah Vanessa kelu, dia tak mampu berkata-kata.

Seorang pemuda dengan senyum smirk menghampirinya.

“Ouh, kau rupanya Nona?”

Pria yang semalaman menyebabkan dia tidak bisa tidur, kini ada dihadapannya. Nampak wajah kesal dari lelaki itu, Vanessa mencoba tersenyum.

“Maaf Tuan, Saya terburu-buru, dan Saya akan bertanggung jawab atas keteledoran saya. Ini kartu nama saya, silahkan hubungi nomer ini ketika mobil anda selesai di perbaiki.”

Setelah menyodorkan kartu nama, Vanessa segera berbalik pergi meninggalkan Arga begitu saja, dia langsung tancap gas.

Mobilnya hanya mengalami kerusakan pada bamper depannya. Dia harus segera tiba di kantor sebelum klien datang. Meeting kali ini sangat penting untuk kelangsungan perusahaannya.

Argo masih berdiri, memainkan kartu nama yang dia terima.

Vanessa Takur, sederet nama yang tertulis di kertas hitam dengan tinta emas itu membuatnya tersenyum. Akhirnya dia tahu nama sekaligus tempat kerja wanita yang membuat nya penasaran.

Vanessa tiba dikantor dia bergegas menuju ke ruang meeting, namun dirinya berhenti dimeja seketaris nya.

”Vio, jangan lupa berkas nya, sebentar lagi meeting kita di mulai,” ujarnya. Dia segera masuk ruangannya setelah mengingatkan Vio–sekretarisnya.

Setelah selesai menyiapkan berkas dan beberapa dokumen penting, dia pergi ke _room meeting_ diiringi oleh Vio.

Nampak meja ovel panjang itu sudah siap dengan berkas dan gelas berleher panjang serta air mineral yang ditata rapi, diletakkan di depan kursi-kursi yang tertata mengelilingi meja.

Vanessa sudah duduk menempati kursinya ditemani beberapa petinggi perusahaan.

Hingga akhirnya, beberapa orang yang penting di kantor kliennya masuk kedalam ruangan.

”Salamat pagi Bu vanessa,” sapa mereka.

Kemudian mulai duduk di kursinya masing-masing.

Vanessa menghidupkan laptop nya, sambil menatap jam tangan.

Tok … tok …!

Vanessa dan para stafnya berdiri menyambut tamu yang datang.

Terlihat Dimas membuka pintu _room_, lalu mempersilahkan Argo masuk terlebih dulu.

”Ehe’em, selamat pagi semuanya, maaf saya terlambat karena tadi ada sedikit kendala di jalan,”ucap Argo.

Dia mengulurkan tanggan hendak menjabat tangan Vanessa.

Vanessa cukup syok setelah mengetahui siapa kliennya pagi ini, namun sebisa mungkin dia menutupinya dengan senyuman.

Mereka saling berjabat tangan dan menyebutkan nama.

“Argo.”

“Vanessa. Silahkan duduk.”

Setelah mempersilahkan duduk, Vanessa menjelaskan beberapa project yang akan mereka ajukan, dan perusahaan Argo menyanggupi pendanaannya, akhirnya mereka menutup meeting kali ini dengan kesepakatan kerja sama.

Setahun perusahaan Vanessa dan Argo melakukan kerjasama. Seringnya bertemu untuk urusan kerja, akhirnya timbul benih-benih cinta diantara keduanya.

Vanessa dan Argo sepakat untuk menjalani hubungan serius sebagai kekasih.

“Sayang, kapan aku boleh datang kerumah orang tuamu? Aku akan datang bersama orang tuaku, tak sabar aku ingin hidup bersamamu. Kamu mau kan, secepatnya jadi istriku?”

Pertanyaan Argo sontak membuat Vanessa terkejut, dia senang sekaligus terharu. Kekasih yang sangat dia cintai akan datang meminangnya.

Sebulan sebelum

Nya, di sebuah pantai Argo sudah membuat kejutan untuknya. Kekasihnya itu melamarnya dengan cincin berlian. Vanessa sangat bahagia.

Apalagi sekarang Argo berniat bertandang ke rumahnya. Kebahagiaan semakin membuncah. Membayangkan duduk di pelaminan dengan kekasihnya mampu membuat angannya melayang, pipinya seketika bersemu merah.

“Aku tanya ayah dulu, ya? Kapan ada waktu untuk keluarga kita bertemu,” jawab Vanessa.

“Baiklah, semoga secepatnya. Orang tuaku sudah tidak sabar ingin memiliki cucu.”

Argo mengatakan sambil menaik turunkan alisnya, menggoda kekasihnya.

Seminggu kemudian pertemuan keluarga itu terjadi. Keluarga Takur menghias halaman rumahnya yang luas dengan lampu berwarna warni.

Pohon-pohon bunga semakin indah dengan tambahan beberapa dekorasi unik.

Sebuah karpet merah panjang terhampar dari gerbang menuju tengah taman. Sebuah dekorasi berhiaskan inisial nama Argo dan Vanessa terukir indah.

Kaluarga Takur tak ingin mengecewakan calon besan dan menantunya. Dia memang belum pernah bertemu sebelumnya, tapi mendengar cerita Vanessa, dia sudah bisa membayangkan bahwa calon menantunya adalah seorang yang gagah dan juga mapan.

Vanessa memakai kebaya kutu baru berwarna keemasan. Rambutnya disanggul berhiaskan mahkota berlian yang lucu. Riasannya membuat wajah Vanessa semakin cantik.

Di sisi kanan taman berjejer meja yang diatasnya terhidang aneka rupa makanan, buah-buah yang ada di atas meja dibentuk menyerupai beberapa hewan lucu, hidangan penutup beraneka macam. Pelayan-pelayan berseragam dress hitam putih, berdiri membantu memastikan hidangan tetap terjaga.

Sementara Tuan Takur dan ibunya, memakai pakaian sarimbit batik tulis khas pekalongan, membuat aura gagah dan berwibawanya, serta sang ibu nampak anggun dengan sanggul berhiaskan konde batu mutiara.

Tuan Takur ingin menyambut tamunya dengan sangat istimewa. Dia tidak ingin membuat malu anak si mata wayangnya. Dia ingin malam ini semua berjalan lancar.

**

“Gila, lu, beneran mau melamar Vanessa? Kasian anak orang kalau Cuma nakal lu mainin, dia anak baik, Bro!”

Dimas berusaha mengingatkan sahabatanya. Niat Argo dari awal memang hanya ingin menyakiti anak Takur. Dia menggelontorkan dana yang tidak sedikit demi memuluskan aksinya. Ia ingin Takur mendapatkan rasa sakit karena selama ini sudah menjadi batu sandungan dalam beberapa bisnisnya.

Mendengar ucapan Dimas, Argo hanya tersenyum smirk, dia sudah merencanakan beberapa sknario untuk membuat Takur bertekuk lutut.

Malam ini didampingi Dewi–ibunya dan Dimas, Argo ingin melaksanakan lamaran, ia ingin melambungkan angan keluarga Takur sebelum membuat luka nanti ketika hari pernikahan tiba.

Perjalanan terasa begitu cepat, mobil yang ia kendarai sudah tiba di rumah Tuan Takur.

Saat mereka memasuki halaman, Dewi begitu terpesona dengan keindahan dekorasi pesta malam itu. Padahal dia hanya datang bertiga, tetapi sambutan keluarga calon besannya begitu istimewa.

“Nak, pandai sekali kau memilih mertua,” bisik Dewi.

“Anak siapa dulu? Bunda selalu ingin yang terbaik buat anakmu ini, kan?” Jawaban Argo disambut cubitan hangat Dewi.

Vanessa berlari kecil menyambut Argo, tak lupa dia mencium takdzim tangan calon Ibu mertuaanya.

Dewi menggandeng lengan Vanessa, ini bukan pertemuan pertama mereka, sebelumnya Argo pernah mengajak Vanessa berkenalan dengan ibunya.

“Ayah, ini ibunya Kak Argo, yang Vanes pernah ceritain.”

Takur menoleh kearah anaknya, seketika dia mematung. Dewi, adalah cinta pertamanya, dulu dia pernah berbuat kesalahan, saat itu dia masih muda, belum sanggup bertanggung jawab atas perbuatannya. Kilasan dosa yang telah dia lakukan berkelebat. Dia tak mampu berkata-kata.

“Kk–kamu Digta? Digta Kurniawan?” Dewi terbata menyebut nama Tuan Takur. Dunia begitu sempit, hingga laki-laki yang dia hindari seumur hidupnya kini berdiri dihadapannya.

“Mama mengenalnya?” Argo seolah tak percaya, ibunya mengenal musuh bebuyutannya.

Suasana yang tadinya ramai seketika hening, Takur memandang Argo sudah pasti dia menduga bahwa anak itu adalah anaknya dan Dewi, perlahan dia mendekat ke arah Dewi. Membuat Vanessa sangat kebingungan dengan tingkah ayahnya, yang tiba-tiba mendekati Dewi bahkan memegang kedua bahu ibunya Argo.

“Dewi, dia anak kita?”

Bertanya sambil menunjuk ke arah Argo.

“Apa maksud Ayah?” Vanessa berkata lirih, dirinya sangat terkejut bagaikan tersambar petir mendengar ucapan ayahnya.

“Tuhan, apalagi ini?”Vanessa mendekati ayahnya sambil menatap meminta penjelasan ke Takur.

”Jawab ayah, apa yang ayah katakan.”Triaknya bergetar, namun Takur tak kunjung menjawab nya, seakan lidah itu terasa kelu.

Vanessa merasa sangat kecewa dia berlari masuk kedalam rumah. Dengan perasaan sakitnya dia menuju kamarnya di lantai atas.

Argo terdiam beberapa saat, setelah kesadarannya pulih. Dia menatap tajam kearah Takur dan ibunya. Bayang-bayangan ucapan ibunya terlintas di benaknya saat menceritakan kisah ibu dan ayahnya kini terjawab sudah.

”Aku sangat kecewa dengan perbuatan kalian.”Argo segera berlari menyusul Vanessa. Pria itu membuka kamar. Dia mendekati Vanessa yang tengah menangis tersedu. Argo langsung memeluk Gadis itu dengan perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Dia pun tak menyangka ternyata Gadis yang tempatnya menaruh hati, adalah adiknya.

”Sudah cukup menangis nya, jika pada akhirnya sebuah kata yang mengungkapkan rahasia maka kita hanya bisa menerima suatu takdir. Meskipun kita berdua yang menjadi korban, keegoisan mereka, tenangkan dirimu.”

Argo terus berusaha menenagkan Vanessa. Bagaimanapun kenyataan ini harus mereka terima.

Dia sudah lama mencari keberadaan ayah kandungnya, tapi tidak menyangka bahwa musuhnya selama ini. Adalah orang yang selama ini dia cari-cari.

Hatinya sakit sekaligus kecewa, tapi apa daya, semua merupakan sknario Tuhan, dan rencananya tak mungkin mengalahkan takdir Yang Maha Kuasa.

TAMAT

Bionarasi Penulis:

Sari Diyah Ayu wanita kelahiran Lampung, Gunung menanti. Merupakan seorang ibu dari dua anak Putra-putri, sejak tahun 2019. Memiliki hobi membaca dan menulis.
Sawiningtyas wanita kelahiran Sragen, berdomisili di Kutai Kartanegara. Merupakan seorang survivor kanker payudara dan ibu dari delapan putra-putri, sejak tahun 2023, ia mulai menekuni hobinya, membaca dan menulis.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *