MEMELUK SUNYI

Memeluk Sunyi

Karya Kolaborasi: Candra Kumara, Ziya Khan, Deasy Novita Lestari, Hikmah Perindu Jannah, Kie Syahputrii, Zeezach Zee, N Octaviani, Maya Asytaqu Ilayk, Khadija, Zavny, Vie Virellia, Isra’na Miraj’ni, Zazifa Alputri, Armida Priluh Priluh, Tri, Mawar Berduri, Julia, dan Diana

_____________________
Seperti malam-malam sebelumnya,
rindu mengawal sunyi
Menjadi benalu yang menjalarku
menjadi pilu-pilu
Menikam jantung dengan parau
suaramu

Di ujung langit sana
kudengar kau berdoa
Mengajukan pinta pada Sang Kuasa
agar kita saling tabah berpeluk sunyi
hingga waktu menyertai nanti

Rindu itu serupa senja
yang tak pernah permisi namun selalu datang lagi
ada harap yang kau kecap dalam diam
lalu kesiur angin mengantarnya hingga berkecai
di palung hatimu
di lubuk rindumu

Biar kisah kita tak pernah jadi niscaya, namun di sini selalu kukidungkan semoga
dan bila esok detik demi detik luruh dilumat waktu
akan kudekap ia menyusup ke dalam sepi dadamu

Tenang saja Tuan, sabarku luas bagai samudra
Meski sunyi datang menggulung bak ombak bekejaran
Aku tak akan goyah menantimu di ujung renjana
Sebab dirimu tak akan bisa tergantikan

Jika nanti waktu mempertemukan kita
Ketika rindu berbalas temu
Dan malamku tak lagi terasa sunyi
Ku peluk kau dalam setiap doa mengharap ridho sang ilahi atas cinta yang suci

Langit pun tahu, bahwa aku selalu menunggumu di ujung waktu
Dalam diam yang tak sempat aku kisahkan
Dalam hening yang ingin aku suarakan
Rindu ini semakin menyiksaku, bagai nikotin yang dihirup perlahan
Meski menyakitkan tetapi membuat candu

Menemuimu dalam sunyi
Setiap waktu berlalu terasa sepi
Lirih suaraku menyebut namamu dalam hati
Meski raga jauh tak bisa menghampiri

Kudengar desah angin membawa segenggam rindu
Namun hanya dalam doa aku bisa menyambutmu
Memeluk dalam harapan indah bersamamu
Duhai kasih, masih namamu yang bersemayam
Tuliskan kisah kita yang takkan padam

Gema rindu di kalbu
semakin lama mendesak
beribu hati mengitari, mencoba meyakini
tak ada yang mampu mengganti

harapanku takkan padam
menjadi nyala dalam harapan
selamanya kau ada dalam dekapan
meski hanya dalam angan
hingga waktu menyertai nanti

Tersekap dalam tirai yang tak tampak,
kita titip cinta pada detak yang berjarak
Di balik larangan yang membatu,
dua hati tetap berpaut tanpa ragu

Meski langkah terpisah bayang restu,
rindu kita tumbuh di langit paling biru
Kau bisikkan harap dalam senyap malam,
aku genggam doa di sela kelam

Di setiap pagi rindu itu menyapa
Seperti anak panah yang
menerjang hati dan terasa perih
yang tak berkesudahan

Bagiku malam tak lagi sama
Seperti rembulan tanpa bintang
Laksana pagi tanpa fajar
Yang terbit usai dilangitkannya doadoa

Aku menghabiskan berlembar-lembar tabah
yang dilahirkan rindu bukan untuk didiamkan
tetapi dialah pemelihara debar yang kini ditumbuhi bunga-bunga
Jadi, alih-alih sunyi bisakah aku hanya memelukmu saja?

Tak ada peluk seperti sebelum
hanya bayangmu yang masih saja
mengendap di dinding dada
bersama doa-doa sembunyi di balik harap
meski ini terlalu dini untuk takut dikabulkan

Tapi aku tetap tinggal,
pada sunyi yang tak bernama itu
sebab cinta
kadang tak butuh sapa,
cukup luka yang saling tahu
bagaimana cara menunggu

Dalam gelapnya kesunyian malam
Bisikan rindu menyentuh kalbu
Menyibak tabir yang kelam
Dengan cinta,
Namun arogan

Rindu ini tetap terpatri dalam jiwa
Menunggu waktu yang tepat untuk kembali
Walau sunyi,
Namun tetap suci
Rindu ini akan selalu abadi

Temaram dewi malam menjadi saksi bisu rindu biruku
Bungkam tak membuat rasaku mati di kalbu
Lirihan jiwa terdengar nyaring meski bersekat paling batu

Enggan kuberanjak dari ruang rindu tak berpintu
Karena namamu milikku dalam do’a di ujung malam berardhendu
Asaku inginkanmu bahagia selalu sampai napas terakhir waktu.

“Kurengkuh sunyimu, di sudut rinduku”
Agar benalu yang menjalar di hatimu
Bisa kulepas dengan belain kasihku
Kuubah pilumu menjadi sipu malumu
Kutikam paraumu, menjadi debar di jantungmu,
akan kau rasakan rindu kita kan mengadu

Saat kau peluk sunyi mu
Kan ku temani dengan Rengkuhan
Di pelataran rindu kita kan bertemu
Sampai waktu menjemput kita
Satukan rindu di pilu nya hati
Harapan di balutan doa
Kita kan selalu bersama
Untuk satukan rindu kita
Dengan peluk hangat kita

Sendiri, kuhirup rindu ini
Mengeja aksara, kata per kata
Merajut asa dalam puisi
Semesta hati mendambakanmu

Siluet menyapa sepi diri
Menciptakan gejolak dalam kalbu
Mega pun menitikkan air mata
Sanubari berharap rindu ‘kan menyatu

Seperti senja yang di rangkul malam
Diri ini terlena dalam rindu yang
Memenuhi di rongga dada, tak mampu berkata kata
Tak mampu jua tuk bertanya
Mengapa Rindu hadir di saat sunyi

Sayang, aku merindukanmu …
Aku rindu senyumanmu, aku rindu belai tanganmu, aku rindu tatapan hangat mu,aku rindu segalanya
tentang dirimu

Andai kau tahu aku selalu
mencintaimu, aku selalu menyebut
mu dalam lirih doaku, berharap kau laksana hujan yang turun
Membasuh bumi, datang dan menyegarkan kembali relung hati
yang hampa

Namun aku sadar cinta itu sekarang
Telah Menghilang, aku hanya mampu mencintai dalam diam, tanpa kata, tanpa suara

Aku mencintaimu dengan cara yang tak bisa aku pilih, hanya cinta dalam sunyi, dan tak seorang pun bisa
Mengerti kecuali diriku sendiri

Seperti malam-malam sebelumnya
Tetap kan kupeluk sunyi walau pilu
Bersama doa yang kubisikkan lirih
Pun tangis terisak perih

Pada doa yang memenuhi ujung langit senja
Masih terucap atas namamu
Agar rindu riuh tak ter-sia, dan …
Pelukan sunyi berujung hangat

Di ujung langit sana
kudengar kau berdoa
Mengajukan pinta pada Sang Kuasa
agar kita saling tabah berpeluk sunyi

Semoga pengorbanan ini berbuah manis
Agar kita tak lagi harus berpeluk sunyi
Bisa kembali bersama menjalani hari
Tanpa terpaut jarak yang memisahkan raga ini

Aku berdoa dalam sunyi
Agar engkau selalu dianugerahi kesehatan
Pun kemudahan
Dalam meraih mimpi dan harapan
__________
Ruang Relung I Can Write, 26 Juli 2025

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *